Gelar kereta tercepat di dunia saat ini dipegang oleh kereta Magnetic Levitation, atau yang lebih dikenal dengan nama Maglev. Teknologi ini memungkinkan kereta melayang di atas rel menggunakan gaya magnet, sehingga mengurangi gesekan dan menghasilkan kecepatan luar biasa—bahkan bisa melampaui 600 km/jam!
Asia Timur menjadi kawasan yang paling maju dalam pengembangan teknologi Maglev. Tiga negara utama—China, Jepang, dan Korea Selatan—masing-masing memiliki pendekatan, inovasi, dan tujuan yang berbeda dalam membangun sistem Maglev mereka.
Mengenal Kereta Maglev Secara Umum
Maglev merupakan singkatan dari Magnetic Levitation, yaitu teknologi transportasi canggih yang memungkinkan kereta “melayang” di atas rel menggunakan gaya magnet. Berbeda dengan kereta konvensional, Maglev tidak memiliki roda yang menyentuh rel, sehingga tidak ada gesekan mekanis yang biasanya memperlambat laju.
Karena bebas gesekan, Maglev dapat melaju dengan kecepatan jauh lebih tinggi, gerakan yang mulus, dan nyaris tanpa suara. Keunggulan ini juga membuat komponen Maglev lebih tahan lama dan tidak cepat rusak, sehingga biaya perawatannya lebih rendah dibandingkan kereta biasa.
Namun, di balik keunggulannya, Maglev memiliki tantangan besar dari sisi infrastruktur. Sistem ini membutuhkan teknologi khusus dan jalur baru yang sepenuhnya terpisah dari rel konvensional. Artinya, Maglev tidak bisa menggunakan infrastruktur yang sudah ada, sehingga biaya pembangunan awalnya jauh lebih mahal.
Karena faktor biaya dan kompleksitas teknologi tersebut, belum banyak negara yang mengadopsi sistem Maglev secara komersial. Hingga saat ini, hanya tiga negara yang telah mengoperasikan kereta Maglev untuk umum, yaitu China, Jepang, dan Korea Selatan.
Perbandingan Kereta Maglev di China, Jepang, dan Korea
China, Jepang, dan Korea dikenal sebagai pelopor teknologi Maglev di Asia. Meski sama-sama menggunakan prinsip levitasi magnetik, kereta Maglev di ketiga negara ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Siapa yang Tercepat?
Dari ketiga negara, Jepang dan China bersaing ketat dalam hal kecepatan Maglev. Jepang masih memegang rekor dunia lewat uji coba SCMaglev dalam proyek Chuo Shinkansen, yang mencapai 603 km/jam. Sementara itu, China telah mengembangkan Maglev generasi terbaru dengan kecepatan hingga 600 km/jam, dan bahkan sudah diuji sebagai prototipe komersial.
Untuk saat ini, kereta Maglev komersial tercepat di dunia juga dimiliki China, yaitu Shanghai Transrapid, yang beroperasi hingga 300 km/jam dan mencatat rekor uji coba 431 km/jam pada tahun 2021.
Berbeda dengan Jepang dan China, Korea Selatan memilih fokus pada Maglev kecepatan menengah, sekitar 110 km/jam, untuk transportasi dalam kota yang efisien dan ramah lingkungan.
Jarak dan Rute Operasional
China menjadi negara pertama yang mengoperasikan Maglev secara komersial sejak tahun 2004. Rutenya menghubungkan Shanghai Pudong International Airport ke Longyang Road station di Shanghai dengan jarak sekitar 30 km.
Meskipun jaraknya cukup pendek, kereta tersebut dapat menempuhnya dalam kurun waktu hanya 7–8 menit dengan kecepatan operasional hingga 300 km/jam.
Di sisi lain, Korea Selatan telah mengoperasikan Maglev kecepatan rendah secara komersial sejak 2016, menghubungkan Incheon International Airport ke Yongyu Station dengan jarak sekitar 6 km.
Sementara itu, Jepang masih membangun proyek besar Chuo Shinkansen yang akan menghubungkan Tokyo–Nagoya–Osaka. Tahap pertama (Tokyo–Nagoya, ±286 km) ditargetkan selesai pada 2034, memangkas waktu tempuh dari 100 menit menjadi hanya 40 menit. Tahap kedua menuju Osaka diperkirakan rampung pada 2037.
Ketersediaan untuk Publik
China adalah satu-satunya negara dari ketiganya yang telah mengoperasikan Maglev berkecepatan tinggi secara penuh untuk publik. Shanghai Transrapid dapat dinaiki siapa saja dan melayani penumpang umum sejak 2004 dengan tiket yang bisa dibeli langsung di stasiun atau secara online.
Korea Selatan juga telah membuka Maglev perkotaan untuk publik sejak 2016, namun dengan kecepatan lebih rendah dan jarak pendek. Maglev di Korea ini bisa digunakan oleh siapa saja secara gratis.
Di sisi lain, Jepang belum membuka Maglev untuk publik. Proyek Chuo Shinkansen masih dalam tahap konstruksi dan uji coba. Layanan untuk penumpang umum baru ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2034, dengan rute Tokyo–Nagoya sebagai tahap pertama.
Kesimpulan: Siapa yang Paling Unggul dalam Teknologi Maglev?
Dari sisi penerapan nyata dan akses publik, China saat ini berada di posisi terdepan. Mereka telah mengoperasikan Maglev komersial sejak 2004 melalui Shanghai Transrapid, dan terus mendorong pengembangan Maglev generasi baru dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Sementara itu, Jepang unggul dalam hal inovasi teknologi dan kecepatan. SCMaglev mereka memegang rekor kecepatan dunia dan menjadi pusat dari proyek ambisius Chuo Shinkansen. Meski belum tersedia untuk publik, Jepang menunjukkan potensi besar dalam mengubah masa depan transportasi jarak jauh.
Di sisi lain, Korea Selatan mengambil pendekatan yang lebih praktis dan efisien. Maglev mereka beroperasi dalam kota dengan kecepatan sedang, cocok untuk mobilitas harian seperti bandara dan kawasan urban.
Jadi, setiap negara punya keunggulan masing-masing; China paling maju secara operasional, Jepang unggul dalam teknologi, dan Korea fokus pada efisiensi penggunaan sehari-hari.