Dimulai dari bulan Juni kemarin, banyak negara di dunia mulai menyambut datangnya musim panas. Bahkan di pertengahan bulan Juni lalu, sudah cukup banyak negara yang mengalami kesulitan karena dilanda heatwave atau gelombang panas akibat dari suhu udara yang sangat tinggi.
Menurut Climate Central, sebuah organisasi berita nonprofit yang menganalisis dan melaporkan perubahan iklim, lebih dari 60% populasi di dunia harus berjuang untuk bertahan dari heatwave yang diperkirakan tiga kali lipat lebih panas.
Heatwave ini tentunya berdampak pada berbagai sektor yang ada di dunia, salah satunya adalah sektor pariwisata. Berikut ini Global Komunika berikan rangkuman dari dampak yang dirasakan sektor pariwisata di beberapa negara.
Thailand
Apabila biasanya pantai di Thailand dipenuhi oleh kerumunan orang ketika musim panas tiba, maka berbeda dengan tahun ini di mana pemerintah Thailand menyarankan orang-orang untuk lebih banyak diam di rumah dibandingkan beraktivitas di luar ruangan.
Diperkirakan, beberapa pantai yang berada di wilayah selatan Thailand akan dilanda badai petir dengan suhu udara mencapai 39 derajat celcius.
Inggris
Inggris mewanti-wanti warganya yang memiliki kesehatan yang rentan untuk berhati-hati terhadap heatwave karena hal itu tentunya dapat berdampak pada rencana perjalanan mereka, baik itu perjalanan domestik maupun internasional.
Bahkan Sungai Thames pun diketahui memanas lebih cepat dari perkiraan. Selain itu, terjadi juga tragedi kebakaran hutan di beberapa titik di Inggris karena heatwave ini.
Australia
Laut di sekitar Sydney, Australia tercatat mengalami gelombang panas laut yang ekstrim. Bahkan menurut seorang profesor dari University of New South Wales (UNSW), suhu laut di lepas pantai Sydney mencapai titik tertingginya sejak 80 tahun lalu.
Ahli ekologi kelautan di Sydney memperingatkan bahwa kenaikan suhu ini dapat berdampak terhadap kehidupan laut. Naiknya suhu laut ini tentunya juga membuat orang-orang diharapkan mempertimbangkan ulang keinginan mereka untuk berenang di laut.
India
Panas yang menyengat membuat pasokan air dan jaringan listrik di ibu kota New Delhi kewalahan, sehingga warga di sana pun menghadapi krisis air yang parah. Bahkan karena heatwave di India, diketahui terdapat lebih dari 100 kasus kematian.
Menurut Departemen Meteorologi India, heatwave kali ini dua kali lipat lebih panas selama periode bulan April hingga Juni. Bahkan suhu bisa mencapai 50 derajat celcius di beberapa bagian Rajasthan.
Arab Saudi
Heatwave yang terjadi bertepatan dengan Musim Haji menyebabkan cukup banyak korban yang gugur dalam ibadah Haji tahun ini. Di Arab Saudi, setidaknya terdapat 1300 kasus kematian jemaah haji akibat dari heatwave yang mencapai suhu 50 derajat celcius di beberapa wilayah.
Analisis Climate Central menyatakan bahwa kota Mekah mengalami peningkatan suhu setidaknya tiga kali lebih panas akibat dari perubahan iklim sejak 18 Mei, dan lima kali lebih panas sejak 24 Mei.
Amerika Serikat
World Weather Attribution, sebuah kolaborasi akademis yang mempelajari atribusi peristiwa ekstrem, menyatakan bahwa perubahan iklim yang terjadi menyebabkan Amerika Serikat terasa berkali-kali lipat lebih panas pada bulan Mei dan Juni. Bahkan beberapa wilayah mencapai suhu lebih dari 50 derajat celcius.
Suhu yang tinggi menyebabkan lonjakan konsumsi energi di seluruh penjuru negeri, sehingga memaksa pemerintah memberlakukan pemadaman listrik setiap hari untuk menghindari kelebihan beban pada jaringan listrik.
Yunani
Yunani merupakan negara di Eropa yang paling awal terkena dampak dari heatwave. Di awal bulan Juni lalu, tercatat ada 6 orang wisatawan mancanegara yang meninggal dunia ketika sedang beraktivitas di luar ruangan di siang hari ketika suhu udara sedang berada di puncak.
Karena siang hari yang terasa begitu menyengat di Yunani, wisatawan pun disarankan untuk lebih banyak beraktivitas di malam hari karena saat itulah suhu di Yunani turun dan terasa lebih sejuk.
Dampak Heatwave Terhadap Sektor Pariwisata Secara Umum
Ketika suhu meningkat, destinasi wisata populer menjadi kurang menarik karena panas yang tak tertahankan. Wisatawan cenderung mempertimbangkan kembali rencana mereka dan memilih destinasi yang lebih sejuk untuk menghindari kondisi cuaca ekstrim. Hal ini tentunya dapat berdampak pada perekonomian negara yang bergantung pada sektor pariwisata.
Agen perjalanan dituntut harus beradaptasi dengan iklim dan menawarkan pilihan perjalanan yang lebih fleksibel, termasuk destinasi dengan iklim lebih sejuk dan paket perjalanan yang dirancang untuk menghindari puncak musim panas.
Selain itu, industri perhotelan juga perlu memastikan fasilitas pendingin yang memadai dan memberikan pedoman keselamatan bagi wisatawan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh suhu yang panas.